Nganjuk Kota Angin

twitter/IG : @nganjukkotabayu
Nganjuk kota Angin disebut kota angin karena sering dilalui angin kencang terutama pada bulan juli hingga september dan karena letak geografis nganjuk yang diapit oleh dua gunung, gunung wilis dan pegunungan kendheng
Nganjuk dahulunya bernama Anjuk Ladang yang dalam bahasa Jawa Kuna berarti Tanah Kemenangan. Dibangun pada tahun 859 Caka atau 937 Masehi.
Berdasarkan peta Jawa Tengah dan Jawa Timur pada permulaan tahun 1811 yang terdapat dalam buku tulisan Peter Carey yang berjudul : ”Orang Jawa dan masyarakat Cina (1755-1825)”, penerbit Pustaka Azet, Jakarta, 1986; diperoleh gambaran yang agak jelas tentang daerah Nganjuk. Apabila dicermati peta tersebut ternyata daerah Nganjuk terbagi dalam 4 daerah yaitu Berbek, Godean, Nganjuk dan Kertosono merupakan daerah yang dikuasai Belanda dan kasultanan Yogyakarta, sedangkan daerah Nganjuk merupakan mancanegara kasunanan Surakarta. Sejak adanya Perjanjian Sepreh 1830, atau tepatnya tanggal 4 juli 1830, maka semua kabupaten di Nganjuk (Berbek, Kertosono dan Nganjuk ) tunduk dibawah kekuasaan dan pengawasan Nederlandsch Gouverment. Alur sejarah Kabupaten Nganjuk adalah berangkat dari keberadaan kabupaten Berbek dibawah kepemimpinan Raden Toemenggoeng Sosrokoesoemo 1. Dimana tahun 1880 adalah tahun suatu kejadian yang diperingati yaitu mulainya kedudukan ibukota Kabupaten Berbek pindah ke Kabupaten Nganjuk. maka dari itu setiap hari jadi Nganjuk diadakan acara Boyongan yakni perpindahan pemerintahan dari Brebek ke Nganjuk. kabupaten Nganjuk terdiri dari 20 kecamatan dan 284 desa atau kelurahan.
Banyak area wisata yang tersebar di Kabupaten nganjuk salah satunya yang terkenal adalah Air Terjun Sedudo yant terletak di desa Ngliman, Sawahan, Nganjuk. yang lainya masih banyak lagi seperti Monumen Gerilya Jenderal Sudirman di Bajulan - Loceret dan Sawahan, Air terjun Roro Kuning di Bajulan, Candi Ngetos di Kecamatan Ngetos, Jurang gatuk di Pace, Goa Margotersno Ngluyu dan banyak lagi