ISKA - Ikatan Sarjana Katolik Indonesia
About ISKA - Ikatan Sarjana Katolik Indonesia
ISKA - Ikatan Sarjana Katolik Indonesia is located at Jl. Tanjung Selor No.31, RW.8, Cideng, Kecamatan Gambir, Kota Jakarta Pusat, Jakarta, Indonesia 10150. Visit their website www.iska.or.id for more detailed information.
ISKA merupakan oraganisasi Sarjana Katolik Indonesia dan member of Pax Romana ICMICA yang memiliki perwakilan di Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB)
Tags
Dibentuk Kamis Pon, 22 Mei 1958 di Jakarta, dengan nama Ikatan
Katolik Sarjana dan Cendekiawan Indonesia, disingkat IKS. Nama Katolik
Sarjana, bukan Sarjana Katolik, dimaksudkan, agar organisasi ini dapat pula
menampung para sarjana dan cendekiawan bukan Katolik, yang menyetujui
asas-asas Katolik. Pemrakarsa terbentuknya IKS adalah Pengurus Pusat
Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PP PMKRI) bersama dengan Ikatan Muda Katolik Indonesia (IMKI). Ketika dideklarasikan, IKS masih bertaraf lokal Jakarta.
Pengurus pertama IKS Drs. Loo Siang Hien Ginting (Ketua); Drs. A.M. Moeliono (Wakil Ketua); dan Liem Peng Liong, SH. (Sekretaris.
Kepengurusan Drs. Loo Siang Hien berlangsung selama dua tahun (1958 – 1960). Sejak itu Ketua IKS silih berganti, dari C. Sindhunatha, SH (1960 – 1961); Drs. Que Sian Koen (1961-1963); Drs. Jakob Oetama (1963 – 1985); Dr. J. Riberu (1985 – 1991); Ir Djoko Wiyono (1991 – 1997); Drs. Charles Mangun, MBA (1997 – 2000); A. Sandiwan Suharto (2000 – 2003); dan Ir. Paulus Harli (2003 – 2009).
IKS secara resmi membuat jaringan dengan organisasi sarjana dan cendekiawan yang juga bermunculan di berbagai daerah. Misalnya di Bogor, Bandung, Semarang, Surakarta, Yogyakarta, Surabaya, Malang dan Makasar. Selain itu IKS juga menjadi anggota International of Catolic Movement for Intelectual and Cultural Afairs, (ICMIKA), yang merupakan wadah dari organisasi sarjana dan cendekiawan Katolik di seluruh dunia. ICMIKA adalah anggota PAX ROMANA, salah satu lembaga non pemerintah, yang punya perwakilan di PBB. Dari jaringan global inilah tahun 1964 timbul gagasan untuk menyatukan berbagai organisasi sarjana/cendekiawan katolik nasional, melalui sebuah Musyawarah Nasional (Munas).